Obrolan soal revolusi industri keempat atau industri 4.0 masih jadi bahasan yang menarik, terutama di sosial media. Saya pun masih bertanya-tanya apa sih industri 4.0? kayak apa bentuknya? terus kita apa yang harus kita lakukan?
Kabarnya, bukan cuma generasi millenial (generasi Y) yang akan terdampak adanya industri4.0, tapi juga generasi centennial alias generasi Z. Kebetulan kantor tempat saya bekerja, memang sedang gencar menyosialisasikan Making Indonesia 4.0 sebuah program jangka panjang untuk mempersiapkan Indonesia memasuki era revolusi industri 4.0.
Setelah membaca berbagai artikel dan literatur yang mudah dipahami, saya coba menyederhanakan apa itu industri 4.0 dan kesimpulannya kurang lebih seperti ini: Industri 4.0 adalah sistem industri yang tujuannya meningkatkan efisiensi sebanyak mungkin dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT)dan teknologi otomasi. hmm... masih terlalu rumit ya, gimana kalau begini :Industri 4.0 merupakan upaya mengintegrasikan dunia online dengan lini produksi industri.
Flashback sedikit ya. Rabu, 4 April 2018, menjadi sejarah penting untuk Indonesia dalam menyatakan kesiapan memasuki era revolusi industri keempat. Saat itu dilakukan peluncuran peta jalan Making Indonesia 4.0 oleh Presiden Joko Widodo dalam acara Indonesia Industrial Summit 2018. Di acara tersebut, Presiden mengajak semua pihak optimistis menyambut revolusi industri keempat ini dan mengambil peluang lewat peta jalan yang sudah disiapkan.
Dengan adanya peta jalan tersebut, Indonesia sudah punya langkah strategis dan arah yang jelas dalam membangun perekonomian nasional yang inklusif dan kompetitif di tingkat global. Nah, seperti yang saya sampaikan di atas kalau yang akan paling banyak terdampak dari Industri 4.0 adalah generasi muda, berikut sedikit ulasan tentang hal-hal yang harus disiapkan generasi muda supaya bisa bersaing di era industri 4.0
Optimis, Kreatif dan Inovatif
Indonesia lagi menikmati masa bonus demografi hingga tahun 2030. Artinya, sebanyak 130 juta jiwa rakyat Indonesia yang berusia produktif, diharapkan bisa mengambil kesempatan baru untuk mengembangkan bisnis di era digital. Jadi sebagai generasi muda yang masuk dalam usia produktif, kita perlu optimitis untuk lebih kreatif dan inovatif menghadapi Industri 4.0.
Persiapkan Basis Pendidikan
Selain itu, pelajari basis pendidikan yang dibutuhkan di era ekonomi digital, seperti koding,statistika dan tentunya Bahasa Inggris. Pemerintah kembali mendorong bidang Science, Technology, Engineering, Arts, dan Mathematics (STEAM) agar menjadi mainstream kembali di basis pendidikan kita. Berbagai program yang tujuannyameningkatkan kualitas SDM supaya lebih kompeten gencar dilaksanakan baik olehpemerintah, swasta maupun komunitas. Belakangan program pendidikan vokasi diSMK dan Politeknik yang link and match dengan industri juga eksis kembali,tujuannya tentu untuk menyiapkan SDM yang kompetensinya spesifik agar siaphadapi Industri 4.0.
Pilihan Lapangan Kerja Baru
Generasi millenial nggak perlu khawatir kalau Industri 4.0 akan mengurangi lapangan kerja manusia dan digantikan oleh robot lewat artificial integence (AI). Industri 4.0 justru memberikan peluang tambahan pekerjaan baru di bagian research & development, IT, business development dan lain-lain. Bahkan dibagian IT akan banyak jenis profesi baru seperti Data Scientist , Network Manager dan banyak lagi, termasuk profesi baru yang akan muncul seperti robot coordinator.
Dan yang perlu diingat, critical thinking dan critical questions tidak bisa dilakukan oleh AI, robot dan mesin lainnya, AI hanya dapat meng-command atas pertanyaan atau aktivitas yang sudah diprogram dan sering di ulang. Disinilah tantangan generasi millenial untuk selalu memiliki pemikiran yang kritis dan visioner. Kita butuh SDM yang terampil untuk terus menciptakan inovasi baru,yang hanya bisa dilakukan manusia, bukan robot.
Mau tidak mau, suka tidak suka era revolusi industri 4.0 tidak dapat dihindari. Meski begitu, bukan berarti kita hanya pasrah menerima kondisi tersebut. Peta jalannya sudah disiapkan pemerintah, fasilitas pendukung lainnya juga sedang disiapkan untuk mendukung terwujudnya industri 4.0 di tahun 2030 mendatang, So, are you fit forthe future?.
Penulis; Hakiki (Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Sosiologi Universitas Indonesia)
Komentar