Indonesia memiliki sumber daya batu bara sebesar 143.730,90 juta ton dan cadangan batubara sebesar38.805,48 juta ton

Hilirisasi merupakan bagian  dari upaya pengembangan industri manufaktur dengan menciptakan struktur industri yang kuat dan bernilai tambah tinggi.

Jakarta, Industripedia Online –Hilirisasi sumber daya mineral diperlukan untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia. Salah satunya dapat dicapai dengan mengembangkan industri hilir bernilai tambah lebih tinggi,terutama untuk sumber daya mineral.

Hal ini terungkap dalam seminar side event dalam rangkaian pertemuan kedua tingkat Deputi Kementerian Keuangan dan Bank Sentral (Finance and Central Bank Deputies Meeting/FCBD)dan pertemuan pertama tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (Finance Ministers and Central Bank Governors Meetings/FMCBG) Presidensi G20 yang berlangsung mulai tanggal 14 sd. 19 Februari 2022, di Jakarta.

Menurut Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Penguatan Kemampuan Industri Dalam Negeri, Ignatius Warsito, Indonesia memiliki sumber daya batubara sebesar 143.730,90 juta ton dan cadangan batubara sebesar38.805,48 juta ton, sedangkan kebutuhan batubara dalam negeri pada tahun 2020 hanya 132 juta ton (baik untuk energi maupun bahan baku industri).

Menurutnya, cadangan batu bara bisa bertahan hingga 2.091 dengan tingkat produksi tahunan 600 juta ton, dengan asumsi tidakada cadangan baru. Pemanfaatan batubara lokal perlu ditingkatkan melalui hilirisasi batubara untuk menghasilkan produk dengan nilai tambah yang lebihtinggi.

Hal ini tentu saja akan mendorong peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi dan terintegrasi dengan global value chain sekaligus mengurangi impor.

Hilirisasi dapat memperkuat keterkaitan domestik dengan industri pendukung dari daerah lainnya yang mendorong pembangunan yang semakin inklusif. Tetapi, di tengah potensi hilirisasi yang dimiliki, terdapat berbagai tantangan yang masih mengemuka, baik dampak hilirisasi kepada perekonomian yang perlu diperluas, maupun tantangan terkait faktor produksi, serta regulasi dalam hal implementasi industri hijau.

 Pemerintah berkomitmen untuk pengembangan sektor manufaktur Indonesia dan pengembangan industri hilir. “Pengembanganindustri hilir menjadi kunci optimalisasi tambang mineral dan batubara, “ tambahnya.

 Namun pengembangan industri hilir ini, menurut Warsito akan menghadapi banyak tantangan antara lain dari sisi pembiayaan hijau, implementasi teknologi rendah karbon, serta bantuan teknis dan pelatihan yang diperlukan.

 Diharapkan kedepannya, hilirisasi sumber daya mineral ini  akan menguntungkan transisi menuju ekonomi yang lebih hijau, mengingat produk industri hilir seperti nikel menjadi input utama bagi perekonomian.

 Seminar yang dihadiri pembicara dari Bank Indonesia, Kementerian Perindustrian, Asian Development Bank, dan PT. Indonesia Morowali Industrial  Park (IMIP), bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya hilirisasi sumber daya mineral, membahas potensi dan tantangan yang muncul, serta merumuskan rekomendasi kebijakan. #

.

 

YOUR REACTION?



Komentar




Berita Terkait